Kanker tiroid adalah pertumbuhan sel abnormal yang terjadi di dalam kelenjar tiroid. Tiroid adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terletak pada bagian depan leher. Kelenjar ini mengeluarkan hormon-hormon yang mengatur metabolisme, pertumbuhan, suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, berat badan, dan lainnya.
Ada tiga jenis hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid, antara lain:
  • Triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Kedua hormon ini membantu mengatur metabolisme tubuh. Kelebihan hormon T3 dan T4 bisa membuat seseorang menjadi overaktif dan berat badan menurun. Sebaliknya jika kekurangan kedua hormon ini, maka seseorang akan merasa lemah dan berat badan akan bertambah.
  • Calcitonin. Ini adalah jenis hormon yang berfungsi mengatur kadar kalsium di dalam darah dan membantu proses pembentukan tulang yang kuat. Hormon ini tidak terlalu memiliki peran kunci dalam menjaga kesehatan karena tubuh juga memanfaatkan cara lain dalam mengendalikan kadar kalsium dalam darah.

Kanker tiroid adalah salah satu jenis penyakit yang jarang terjadi. Kondisi ini umumnya terjadi pada orang yang berusia antara 35-39 tahun dan usia 70 tahun ke atas. Wanita memiliki risiko kanker tiroid tiga kali lipat lebih besar dibandingkan pria. Meski penyebab pasti kanker tiroid masih belum diketahui, tapi ada kemungkinan hal ini berkaitan dengan perubahan hormon pada sistem reproduksi wanita.
Kanker tiroid terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
  • Karsinoma papiler. Ini adalah jenis kanker tiroid yang paling umum terjadi, yaitu sekitar 60 persen dari keseluruhan kasus kanker tiroid, dan biasanya memengaruhi wanita usia di bawah 40 tahun.
  • Karsinoma folikuler. Sekitar 15 persen dari kasus kanker tiroid adalah jenis ini. Karsinoma folikuler cenderung terjadi pada orang-orang lanjut usia.
  • Karsinoma medular tiroid. Jenis ini terjadi pada sekitar 5-8 persen dari seluruh kasus kanker tiroid. Yang membedakan dari jenis lainnya adalah karsinoma medular tiroid umumnya dipengaruhi oleh faktor keturunan.
  • Karsinoma tiroid anaplastik. Ini merupakan jenis kanker tiroid yang paling jarang, namun paling agresif. Kondisi ini hanya terjadi pada 5 persen dari keseluruhan kasus kanker tiroid dan umumnya terjadi pada usia 60 tahun ke atas.

Gejala Kanker Tiroid

Pada tahapan awal, kanker tiroid jarang menimbulkan gejala, bahkan cenderung tidak ada sama sekali. Namun, jika sudah memasuki tahap lanjutan, kanker tiroid seringkali ditandai dengan munculnya benjolan atau pembengkakan pada bagian depan leher, lebih tepatnya di bawah jakun, dan biasanya tidak terasa sakit.
Ada beberapa gejala lain yang muncul setelah kanker memasuki stadium lanjutan, di antaranya:
  • Sakit tenggorokan.
  • Kesulitan dalam menelan.
  • Suara menjadi serak dan tidak membaik setelah beberapa minggu.
  • Rasa sakit pada bagian leher.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening di bagian leher.
Tidak semua benjolan yang muncul pada kelenjar tiroid disebabkan oleh kanker tiroid. Sebagian besar pembengkakan kelenjar tiroid disebabkan oleh kondisi yang dikenal dengan istilah penyakit gondok. Kondisi ini disebabkan oleh hipertiroidisme (terlalu banyak hormon T3 dan T4) atau hipotiroidisme (kekurangan hormon T3 dan T4).

Faktor Risiko Kanker Tiroid

Penyebab pasti kanker tiroid masih belum diketahui, tapi terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, antara lain:
  • Mengalami gangguan tiroid. Orang yang pernah mengalami penyakit tiroid jinak, seperti peradangan kelenjar tiroid atau penyakit gondok, memiliki risiko kanker tiroid yang lebih besar dibanding mereka yang belum pernah mengalaminya.
  • Riwayat kesehatan keluarga. Kelainan genetik yang diturunkan menjadi penyebab dari beberapa kasus karsinoma tiroid menduler. Risiko kanker tiroid meningkat apabila seseorang memiliki keluarga yang pernah menderita kanker ini.
  • Tinggi dan berat badan. Risiko kanker tiroid akan meningkat jika seseorang memiliki berat badan berlebih. Risiko juga akan meningkat pada orang dewasa dengan tinggi badan di atas rata-rata.
  • Pajanan terhadap radiasi. Radiasi dari nuklir atau radiasi dari pengobatan medis tertentu dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kanker tiroid, terutama jika radiasi itu mengenai bagian leher dan kepala.
  • Gangguan pencernaan. Jika seseorang mengalami gangguan pencernaan familial adenomatous polyposis (FAP), dia lebih berisiko mengalami kanker tiroid. FAP merupakan penyakit turunan yang disebabkan oleh gen yang cacat.
  • Jenis kelamin. Wanita memiliki risiko kanker tiroid 2-3 kali lipat dibandingkan pria. Kondisi ini mungkin berkaitan dengan hormon yang dilepaskan pada saat wanita mengalami menstruasi atau ketika sedang hamil.
  • Akromegali. Ini adalah kondisi langka dimana tubuh menghasilkan terlalu banyak hormon pertumbuhan. Kondisi ini menyebabkan orang yang mengalami akromegali lebih berisiko terkena kanker tiroid.
Penting untuk diingat bahwa orang yang memiliki satu atau beberapa faktor risiko di atas belum tentu akan menderita kanker tiroid di masa mendatang. Pada banyak kasus, beberapa orang yang menderita kanker tiroid juga tidak mengalami faktor risiko di atas.

Diagnosis Kanker Tiroid

Untuk mendiagnosis kanker tiroid, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik sebagai tahap awal pemeriksaan. Dokter juga akan menanyakan tentang riwayat kesehatan keluarga serta gejala-gejala yang dialami pasien, salah satunya adalah suara serak yang tidak kunjung menghilang.
Beberapa tes lanjutan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis kanker tiroid adalah:
  • Tes fungsi tiroid. Ini merupakan jenis tes darah yang berfungsi untuk memeriksa apakah terdapat gangguan pada fungsi kelenjar tiroid, dengan mengukur kadar hormon-hormon tiroid di dalam darah.
  • Sitologi aspirasi jarum halus. Pada tes ini, sebuah jarum yang sangat kecil dimasukkan ke benjolan pada leher untuk mengambil sampel jaringan yang kemudian diteliti dengan mikroskop. Tes ini bisa mendeteksi keberadaan sel abnormal dan sel kanker.
  • Pemindaian. Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk memastikan apakah kanker yang muncul sudah menyebar ke luar dari kelenjar tiroid. Pemindaian bisa dilakukan melalui CT scan, USG, atau PET (positron emission tomography).
  • Tes penyakit turunan. Dokter mungkin perlu melakukan pemeriksaan genetik pada pasien untuk mencari adanya kelainan gen yang bisa meningkatkan risiko kanker tiroid medular.

Pengobatan Kanker Tiroid

Jenis pengobatan kanker tiroid sangat bergantung kepada jenis dan stadium dari kanker yang diderita. Beberapa jenis kanker, seperti karsinoma papiler, karsinoma folikuler, dan sebagian karsinoma tiroid meduler, memiliki peluang yang lebih baik untuk sembuh. Kanker tiroid jenis ini ditangani dengan cara operasi pengangkatan kelenjar tiroid, dan mungkin dikombinasikan dengan radioterapi.
Berikut ini adalah beberapa langkah pengobatan untuk menangani kanker tiroid:
  • Tiroidektomi. Prosedur ini dilakukan untuk mengangkat kelenjar tiroid, baik sebagian (hemitiroidektomi) atau keseluruhannya (tiroidektomi total). Prosedur ini bergantung pada jenis dan ukuran kanker tiroid, serta apakah sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Pasien dianjurkan untuk beristirahat selama 2-3 minggu setelah operasi untuk menghindari aktivitas yang memberikan beban pada bagian leher.
  • Terapi pengganti hormon. Pasien tidak akan bisa menghasilkan hormon yang mengatur sistem metabolisme tubuh setelah melakukan prosedur tiroidektomi. Oleh karena itu pasien akan memerlukan tablet pengganti hormon seumur hidupnya. Tes darah secara teratur perlu dilakukan untuk menyesuaikan dosis dan memantau kadar hormon yang tepat untuk tubuh.
  • Pengaturan kadar kalsium. Operasi pengangkatan kelenjar tiroid seringkali berpengaruh terhadap kelenjar paratiroid. Kelenjar paratiroid terletak di dekat kelenjar tiroid dan berfungsi mengatur kadar kalsium dalam darah. Oleh karena itu, kadar kalsium juga harus terus diperhatikan.
  • Perawatan iodium radioaktif. Pengobatan ini berfungsi untuk menghancurkan sel-sel kanker yang masih ada dan mencegah agar tidak muncul lagi setelah menjalani operasi. Efek samping yang mungkin terjadi akibat prosedur ini adalah mual, mulut kering, mata kering, serta indera perasa dan penciuman yang berubah.
  • Radioterapi eksternal. Pada prosedur ini, gelombang radioaktif diarahkan ke bagian tubuh yang terpengaruh. Pengobatan ini biasanya dilakukan untuk mengatasi kanker tahap lanjutan atau karsinoma tiroid anaplastik. Jangka waktu radioterapi sendiri bergantung kepada jenis kanker dan perkembangannya.
  • Kemoterapi. Prosedur ini biasanya hanya digunakan untuk mengatasi karsinoma tiroid anaplastik yang sudah menyebar hingga ke bagian tubuh lain. Pasien akan diberikan obat yang sangat kuat untuk membunuh sel-sel kanker. Pengobatan ini tidak bisa menyembuhkan kanker anaplastik sepenuhnya, tapi bisa memperlambat perkembangan kanker dan membantu meredakan gejala yang muncul akibat kanker tiroid.

Komplikasi Kanker Tiroid

Kanker tiroid yang sudah diobati bisa muncul kembali, meski kelenjar tiroid sudah diangkat melalui prosedur operasi. Hal ini bisa terjadi karena sel-sel kanker yang ada sudah menyebar hingga ke luar kelenjar tiroid. Kemunculan kembali kanker tiorid biasanya terjadi dalam kurun waktu lima tahun setelah operasi, tapi bisa juga muncul puluhan tahun setelah penanganan awal.
Kemunculan kembali kanker ini bisa terjadi pada bagian kelenjar getah bening di leher, jaringan kelenjar tiroid yang masih tertinggal pada saat operasi, atau di bagian tubuh lainnya. Untuk mendeteksi tanda-tanda kekambuhan, dokter akan menganjurkan pasien melakukan tes darah dan pemindaian tiroid secara berkala.
Sumber: alodokter.com